Ledakan Selepas Kesunyian

Posted by Lembaga Muslimah DPC Wahdah Islamiyah Bandung On Rabu, 24 Februari 2010 0 komentar
Sunyi, senyap, sepi. Saat malam datang menjelang. setiap orang, bahkan makhluq yang lain kembali keperaduaannya. Saat itulah seorang kekasih Allah merindukan Allah. Hamba Allah merindukan saat-saat berdua, untuk mengadukan segala permasalahannya kepada Penciptanya.

Pada siang hari kematian Abu Hanifah, seorang imam besar diJamannya, dimalam berikutnya seorang anak kecil tetangga Abu Hanifah menanyakan kepada Ibunya, mengapa bayangan "pohon" yang bisa bergerak dimalam itu, tidak lagi terlihat. Ya, memang tidak terlihat lagi, karena yang dilihatnya adalah banyangan Abu Hanifah yang sedang habiskan malam dengan munajat. Bayangan itu telah pergi bersama perginya pemilik banyangan itu.

Saat sunyi di malam hari. Saat sepi sendiri hanya bersama ilahi. saat telah jauh dari kesibukan duniawi. di saat itulah, orang-orang shalih mampu menghadirkan keangungan Allah dihadapan matanya. Waktu berharga dan mahal untuk menumpahkan segala keluhan dan beban hatinya. Untuk menumpahkan air mata kebahagiaan, pengakuan dan ketenangan. Untuk melantunkan ayat-ayatNya yang dibaca dari relung hati yang paling dalam.

Memang malam itu disediakan untuk mensunyikan diri. Mensunyikan diri dari hiruk pikuk dunia yang panas. dari kesombongan, dengki, iri dan segala penyakit hati yang membakar.
Dari kelupaan akan kematian dan kehidupan abadi setelah dunia yang fana ini.

Kala itu sudah terukir. Maka akan keluar lulusan 'kuliah' malam. Para pahlawan tegar, yang dimalam hari menjadi ahli ibadah yang zuhud, disiang hari ibarat singa yang gagah berani.

Kesiapan untuk menanggung hidup, mengemban perjuangan perbaikan, juga kekuatan untuk selalu memakai baju kemusliman kita, saat tergantung seberapa kuat kita menempa diri disaat sunyi seperti ini. Untuk itulah, Allah mendidik Nabi dari sejak awal da'wah ISlam dengan bangun di waktu malam. tentunya bukan hanya bangun dengan aktifitas tanpa makna. Tetapi, aktifitas munajat di malam hari.

Allah mengingatkan agar Rasulullah menyingkirkan selimut hangat. Untuk bangun sholat dan tilawah. "hai orang yang berselimut (MUhammad), bangunlah untuk sholat dimalam hari, kecuali sedikit (daripadanya) yaitu seperdua, atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alqur'an dengan berlahan-lahan. (QS. Al-Muzammil: 1-4).

Kekuatan dibalik sholat dan tilawah sangat dasyat. MUngkin jarang yang menyadari atau memikirkannya. Ketajaman diri dan perkataan bisa diasa dimalam ini. Beban berat perjuangan, terjalnya batu sandungan hidup dapat menjadi ringan jika dipandang dalam kacamata malam. "Sesungguhnya Kami akan turunkan kepadamu perkataan yang berat" (QS. Al Muzammil: 5)

Detik-detik sunyi itu sangat mahal. "Sesungguhnya diwaktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu') dn bacaan diwaktu itu lebih berkesan." (QS. Al-Muzammil:6). SUnyi saat itu mampu melembutkan hati. Serasa setiap ayat merembes masuk melali setiap celah hati.Menempus pekat dinding dosa yang melekat dalam dada.

Berbeda dengan siang yang ramai. "Ssungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak)". (QS. Al-Muzammil:7)

Menyadari itulah seorang gubernur Basrah yang juga sahabat yang mulia, diprotes rakyatnya. BUkan karena ia memakan harta mereka, atau menggusur rumah-rumah mereka. Tetapi karena dia tidak bersedia menerima mereka dimalam hari. "Aku menjadikan siang untuk kalian, dan aku menjadikan malam untuk Allah", jelasnya kepada Rakyatnya.

Kepemimpinan merupakan amanah berat, dan memang harus ditopang dengan aktifitas ibadah disaat-saat sunyi, agar jiwa terkontrol, langkah tak terpeleset, dan mata tak cepat silau.

Aktifitas malam inilah yang akan mengangkat derajat, "Dan pada sebagian malam hari sholat Tahajjudlah sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, udah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji (QS. Al-Isro': 79)

Karena diwaktu sunyi, kita dapat menginstropeksi diri. Kita bisa menangisi dosa diri. Kita mampu menuding diri. Dan kita mampu merendahkan jiwa yang biasa disanjung di siang hari.

Mereka yang telah memilih kesunyian dimalam hari sebagai bagian dalam hidupnya, akan merasakan kesunyian juga disiang harinya. Saat semakin dia rasakan kesendirian dalam kebaikan. Semakin terasa terasing di tengah hingar bingar kemaksiatan

Kebaikan ibarat pendakian diatas gunung yang tinggi. semakin keatas semakin sunyi dan sepi. Tetapi udaranya semakin bersih dan sejuk. Ada kekuatan dasyat dibalik kesunyian itu.

Maka, tidak setiap kesunyian selalu membawa sisi negatif. Tetapi kita perlu mencoba dan mencoba untuk melakukan segala aktifitas kebaikan walau sunyi, sepi, sendiri.

-diketik ulang dari majalah Tarbawi edisi 59 tahun2003-
Bdg, 9 Rabiul Awwal 1431 H

-kiriman Ummu Faruq-

0 komentar to Ledakan Selepas Kesunyian

Posting Komentar