Antara Dosa dan Bencana Alam [1]

Posted by Lembaga Muslimah DPC Wahdah Islamiyah Bandung On Senin, 08 November 2010 0 komentar
Seolah tak ada habisnya, berbagai bencana terus melanda negeri ini, banjir,tanah longsor, gempa bumi dan tsunami, atau pun letusan gunung berapi.

Tanggapan manusia pun bermacam-macam. Para pakar geologi mengatakan hal ini adalah fenomena alam. Paranormal mengambinghitamkan makhluk-makhluk halus penunggu tempat-tempat yang dilanda bencana. Dan sangat sedikit yang mengaitkannya dengan dosa-dosa manusia.

Fenomena Alam atau Teguran?
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya, "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rûm: 41).

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (QS. An-Nahl: 112).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah bersabda, "Wahai, Kaum Muhajirin! Sesungguhnya ada lima perkara yang aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak menemuinya.

(1) Tidaklah muncul perbuatan keji (zina) pada suatu kaum hingga mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali Allah akan menimpakan kepada mereka wabah dan pelbagai penyakit (thâ'ûn) yang belum pernah menimpa kepada orang-orang sebelum mereka.

(2) Tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangannya, kecuali niscaya mereka akan ditimpa dengan tandusnya tanah, paceklik sepanjang tahun, serta berkuasanya penguasa-penguasa yang zhalim.

(3) Dan tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan zakat hartanya, kecuali Allah akan menimpakan kepada mereka bencana dengan tidak diturunkannya hujan dari atas langit kepada mereka. Dan kalaulah bukan karena binatang ternak, niscaya Allah akan menahan turunnya hujan selama-lamanya.

(4) Dan tidaklah suatu kaum mengingkari janji antara mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, melainkan Allah akan mendatangkan musuh-musuh yang bukan dari golongan mereka, lalu merampas sebagian harta yang ada di tangan mereka.

(5) Dan selama pemimpin-pemimpin mereka tidak berhukum dengan Kitabullah dan tidak memilih yang terbaik dari apa yang Allah turunkan kecuali Allah turunkan kepada mereka kesengsaraan (perpecahan) di antara mereka." (HR. Ibnu Majah, no. 4019, dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani).

Kebanyakan orang memandang pelbagai macam musibah yang menimpa manusia hanya dengan logika berpikir yang bersifat rasional, terlepas dari tuntutan Wahyu Ilahi. Sehingga solusi yang diberikan tidak mengarah pada penghilangan sebab-sebab utama, yaitu kemaksiatan umat manusia kepada Allah Subhaanahu Wata’ala Sang Pencipta Jagat Raya, yang di tangan-Nyalah seluruh kebaikan, dan kepada-Nyalah dikembalikan segala urusan.
Antara Ketaatan dan Berkah Alam

Apabila penduduk suatu negeri taat kepada Allah Subhaanahu Wata’ala, maka keberkahan akan melimpah kepada mereka. Misalnya pada jaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, alam begitu bersahabat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabat, sehingga gunung-gunung sangat mencintai mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda ketika melihat bukit Uhud seraya menunjuk padanya, "Bukit ini mencintai kami dan kami pun mencintainya. " (HR. Bukhari dan Muslim).

Bahkan makanan yang dinikmati oleh para sahabat ikut bertasbih sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, "Kami pernah mendengarkan tasbih dari makanan yang sedang dimakan." (HR. Bukhari).

Dalam riwayat Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu juga disebutkan bahwa para sahabat mendengarkan tasbih batu-batu kerikil di tangan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Demikian pula dengan batang kayu yang pernah dijadikan mimbar oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menangis ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam meninggalkannya.

Demikianlah beberapa contoh respon yang diberikan oleh alam kepada orang-orang yang taat kepada Allah Subhaanahu Wata’ala. Sangat berbeda dengan perlakuan yang diberikan kepada orang-orang yang durhaka. Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya, "Maka langit dan bumi tidak menangisi (kepergian) mereka dan mereka pun tidak diberi tangguh." (QS. Ad-Dukhân: 29).

Sebaliknya, kata Ibnu Abbas—رضي الله عنهما, orang mukmin kepergiannya ditangisi oleh langit dan bumi. Ditangisi oleh langit, karena orang yang melakukan amal shaleh, maka amalannya akan naik ke langit dan akan diterima oleh langit. Sebagaimana bumi pun menangis ketika ditinggalkan oleh orang-orang yang shaleh karena tidak dipijak lagi untuk melakukan ketaatan. (lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, kaum Muslimin memberikan suasana bersahabat dengan alam, maka alam pun memberikan sikap yang sama, memberikan rahmat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan kepada para sahabatnya. Sebaliknya, jika penduduk suatu negeri tidak taat kepada Allah, maka alam ini bisa menjadi tentara-tentara Allah untuk membinasakan penduduknya. Sebagaimana pada zaman Fir'aun, kutu, katak, bahkan hewan-hewan lemah pun bisa menjadi sebab untuk hancurnya pengikut-pengikut Fir'aun.
Jangan Merasa Aman!

Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, Artinya, "Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (QS. Al A'râf: 97-99).

Inilah peringatan bagi mereka yang masih terus bergelimang dengan kemaksiatan, yang tidak lagi memiliki rasa malu bahkan bangga dengan dosa-dosanya, yang membusungkan dada menantang datangnya adzab Allah, bahwasanya tak seorang pun di antara kita yang patut merasa aman dari adzab Allah yang teramat pedih.

0 komentar to Antara Dosa dan Bencana Alam [1]

Posting Komentar