Bidadari pun Iri

Posted by Lembaga Muslimah DPC Wahdah Islamiyah Bandung On Rabu, 24 Maret 2010 0 komentar
Wanita terlahir sebagai anugrah terindah dari rabb Sang Pencipta untuk seluruh semesta. Betapa kelamnya dunia ini tanpa kehadiran seorang wanita sebagai perhiasan di tengah hiruk pikuknya kaum Adam. Pun, dia adalah sosok yang penuh dengan keindahan nan menyejukkan mata yang melihatnya. Tiada tergantikan perannya, hingga tak jarang para bidadari surge iri padanya. Ketulusan dan pengorbanannya begitu dahsyat, hingga mereka pun dikabarkan memiliki 3 tingkat derajat lebih baik di banding para panglima keluarga.

SEBAIK-BAIK PERHIASAN
Ternyata, dunia yang penuh dengan gemerlap ini hanyalah perhiasan semu yang melalaikan. Keindahannya masih belum bisa menggantikan perhiasan terbaik yang diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan rasa cinta. Ya, seindah dan semewah apapun dunia ternyata tak mampu mengalahkan kemuliaan seorang wanita. Tapi, bukan sembarang wanita tentunya. Hanyalah wanita shalihah yang mendapat predikat kebaikan lebih baik dari dunia dan seisinya. Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (Riwayat Muslim, Nasa’I, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Dan wanita shalihah adalah sumber kebahagiaan para penduduk bum. Keberadaannya begitu mempesona hingga para wanita buruk (tidak shalihah) tak akan pernah mampu mengalahkannya walau dengan emas setinggi gunung dan kemewahan seluas lautan. Dan itulah yang ditekankan oleh Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sebuah hadits,

“Diantara kebahagiaan anak Adam itu ada tiga, demikian juga dengan kesengsaraannya, juga ada tiga. Di antara kebahagiaan anak Adam itu adalah : wanita shalihah, tempat tinggal yang baik dan kendaraan yang baik. Sedangkan ketiga kesengsaraan adalah wanita yang buruk (tidak shalihah), tempat tinggal yang buruk, dan kendaraan yang buruk.” (Riwayat Imam Ahmad)

KEMULIAAN ITU TERNODA
Begitu agung dan mulianya seorang wanita di sisi Rabb Sang Pencipta, membuat para musuh Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadi resah. Karenanya, mereka tiupkan aroma-aroma kebinasaan atas nama kebebasan dan kesetaraan. Mereka jadikan larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan RosulNya sebagai racun beraroma cokelat yang tampak begitu lezat. Dan aturan Ilahi yang begitu mulia, tampak seperti barang lusuh yang tiada arti. Lihat saja racun itu kini telah menghinggapi banyak wanita muslimah di sekitar kita. Banyak wanita muslim yang terjebak untuk berpenampilan seronok dan berlenggak-lenggok di jalanan atas nama mode dan kecantikan. Padahal, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan ancaman yang begitu dahsyat berkaitan dengan hal ini melalui lisan RosulNya yang mulia,

“Dua golongan dari penghuni neraka yang tidak perbah kulihat yang seperti mereka berdua, yaitu orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor-ekor sapi, yang dengan cemeti itu mereka memukuli manusia, dan wanita yang berpakaian tapi telanjang.berlenggak lenggok dan bergoyang-goyang, kepala mereka seperti punuk onta yang bergoyang-goyang. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak mencium baunya. Sesungguhnya bau surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian lama dan sekian lama.” (Riwayat Muslim dan lain-lain)

Yang lebih mengerikan, banyak wanita yang tergiur dan terjerembab oleh gemerlapnya dunia. Mereka tinggalkan singgasana kemuliaan dan berlari menuju kursi panas kehancuran. Atas nama uang dan popularitas, merelakan keindahan tubuh dan kehormatan diri sebagai wanita terjaga. Mereka lupa bahwa harta dan dunia adalah perhiasan dunia yang melalaikan saja. Inilah musibah yang sebenarnya sudah diperingatkan oleh Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,

“Celakalah hamba dinar dan dirham, hamba sutera dan beludru. Apabila diberi dia akan merasa senang dan apabila tidak diberi maka dia akan marah.”

KEMBALI KEPADA KEMULIAAN
Tidak ada cara lain untuk mengembalikan dunia pada tatanan yang lebih baik kecuali mengembalikan para wanita pada kedudukan awalnya, kemuliaan. Dan untuk memuliakan wanita, Islam telah menjadi satu-satunya solusi terbaik dengan syariatnya. Satu diantaranya dengan syariat hijab. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya ,

“Katakanlah kepada para wanita yang beriman, ‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) Nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” (Surat An Nuur :31)

Sudah saatnya para muslimah meraih kemuliaan sebagai hamba yang dikaruniai banyak keindahan. Tentu caranya bukan dengan menjadikan mereka barang dagangan pemuas syahwat. Tapi, mereka harusnya menjadi perhiasan terbaik yang akan menggetarkan dunia dengan kelembutan dan ketulusan. Dan jika itu terwujud, sungguh mereka lebih mulia daripada para bidadari karena sholat, ibadah dan ketakwaan mereka. Dan karenanya pula bidadari pun menjadi iri.

Majalah ElFata, Edisi 01, vol. 10-2010

0 komentar to Bidadari pun Iri

Posting Komentar