Menjadi Pendidik Idaman (Bagian 2)

Posted by Lembaga Muslimah DPC Wahdah Islamiyah Bandung On Kamis, 25 November 2010 0 komentar
b. Ruang Lingkup Pengajaran
1. Aqidah
  • Menumbuhkan dalam diri anak-anak tentang pengagungan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala , mencintai-Nya dan mentauhidkan-Nya, dan peringatkanlah mereka tentang kesalahan aqidah yang mereka lihat serta peringatkanlah mereka agar tidak terjatuh ke dalamnya.
  • Mengajarkan pokok-pokok ajaran tentang rukun iman dan rukun islam.
  • Menanamkan muraqabah pada diri anak, dengan memperdalam pelajaran iman, islam, dan ihsan.
2. Ibadah
  • Memperhatikan dengan benar tentang shalat wajib dan shalat nafilah (shalat sunnah). Shalat adalah kewajiban yang sangat agung dan inti yang kedua dari kewajiban agama. Shalat pun merupakan amalan yang pertama kali dihisab. Maka berikanlah pendidikan pada anak agar tahu penting dan agungnya kedudukan shalat.Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,“Ajarkanlah shalat pada anak kalian pada usia tujuh tahun, pukullah mereka jika mereka enggan pada usia sepuluh tahun, pisahkan antara tempat tidur anak laki-laki dan perempuan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan lainnya)
  • Mengajarkan fiqh praktis sehari-hari, seperti tata cara wudhu dan shalat.
  • Membiasakan anak dengan dzikir dan do’a yang bersumber dari Qur’an dan Hadits.
3. Akhlaq
  • Membiasakan dengan etiket umum yang harus dilakukan dalam pergaulannya sehari-hari.
  • Menumbuhkan sifat kejantanan dalam diri anak laki-laki dan sifat malu lagi menjaga kesucian dalam diri anak perempuan.
  • Mempraktekkan adab-adab yang telah dipelajari.
  • Memberikan suri tauladan akhlaq Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan As Salaf Ash Shalih radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
  • Menjaga hak milik yang khusus dan bagian-bagian pribadi di antara anak-anak, serta bersikaplah adil terhadap mereka dalam pergaulan dan pemberian serta perhatian dalam pendidikan mereka.
4. Al-Qur’an dan Al-Hadits
Pengajaran Al-Qur’an
Al Qur’an adalah jalan lurus yang tak mengandung suatu kebatilan apapun. Maka amat baik jika anak dibiasakan membaca Al-Qur’an dengan benar, diajar mengenai asbab an nuzul (sebab-sebab turunnya ayat, ed) dan tafsir Al-Qur’an, dan diupayakan semaksimal mungkin agar menghafal Al-Qur’an.
Menghafal Al-Qur’an juga memperkuat penguasaan bahasa Arab dan membiasakan anak dengan susunan bahasa Al-Qur’an, serta membuat anak memiliki pedoman beragama. Para orang tua harus memperhatikan bahwa jangan sampai anak hanya hafal tanpa mengetahui makna ayat yang dihafal. Untuk itulah orang tua hendaknya menerangkan makna dan kandungan ayat sesuai dengan tingkat pemahaman anak, sehingga anak tidak sekadar menghafal tanpa tahu makna dan kandungannya. Banyak sekali metode yang dapat dilakukan orangtua agar anak cinta Al-Qur’an. Di antara metodenya adalah: menceritakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an, memutar murattal versi anak, mengadakan perlombaan yang berhubungan dengan Al-Qur’an, membuat permainan atau kuis yang berhubungan dengan Al-Qur’an dsb.
Pengajaran Al-Hadits
  • Memberikan motivasi pada anak agar menghafal hadits dengan berbagai metode yang ada.
  • Menceritakan sirah nabawiyyah dan mutiara kisah As-Salaf Ash-Shalih yang terdapat pada Hadits.
  • Menceritakan kisah-kisah dari hadits yang mengandung hikmah.
5. Kejiwaan dan kepribadian
  • Menekankan pentingnya ikhlas dalam niat dan perbuatan
  • Memotivasi anak agar mencapai cita-cita mulia dan tinggi untuk masuk ke surga Al-Firdaus Al A’la dan bertemu wajah Allah  di surga.
  • Membentuk sisi sosial anak.
  • Melatih mental anak untuk selalu percaya diri dan bertanggung jawab. Anak-anak sekarang ini adalah pemimpin hari esok, sehingga harus dipersiapkan dan dilatih mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas yang nantinya akan mereka lakukan.Hal itu bisa terwujud melalui pembinaan rasa percaya diri, penghargaan jati dirinya, pemberian kesempatan kepada anak untuk menyampaikan yang terbetik dalam pikirannya, dan dorongan agar mengerjakan urusannya sendiri. Anak juga harus dibiasakan mengerjakan tugas rumah tangga yang sesuai untuknya. Misalnya, disuruh untuk membeli beberapa keperluan rumah dari warung terdekat; anak perempuan diberi tugas mencuci piring dan gelas atau mengasuh adik. Pemberian tugas kepada anak dilakukan secara bertahap sehingga mereka terbiasa mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas yang sesuai bagi mereka.Termasuk pemberian tanggung jawab kepada anak, ia harus menanggung resiko perbuatan yang dilakukannya. Maka ajarkanlah kepada anak bahwa ia harus bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukannya serta dituntut untuk memperbaiki apa yang telah dirusaknya dan meminta maaf atas kesalahannya.
  • Menceritakan masa kegemilangan dan kejayaan Islam.
  • Menumbuhkan sifat kejantanan dalam diri anak laki-laki dan sifat malu lagi menjaga kesucian dalam diri anak perempuan.
  • Membuka forum diskusi dan musyawarah dengan anak. Dengan adanya pembiasaan musyawarah dan diskusi, anak dilatih untuk ikut berpikir kritis terhadap masalah yang ada, bijaksana dalam mengambil keputusan, serta mencari solusi yang paling baik dalam penyelesaian masalah.
  • Mengembangkan nilai estetika pada anak.
  • Anak perlu dilatih mengembangkan apresiasi estetika yang mencakup keindahan, kerapihan, dan kebersihan. Untuk itulah anak perlu dibiasakan membersihkan kamar, merapikan barang-barangnya sendiri, dan mengeksplorasi kreativitas seni yang dimiliki.
  • Memilihkan teman yang baik bagi anak
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    “Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya maka hendaklah seseorang memperhatikan siapa teman dekatnya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi (Beliau menghasankannya), Al-Hakim (Beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi).
6. Kecerdasan
  • Mengembangkan kecerdasan bahasa, baik bahasa lokal maupun asing, terutama bahasa Arab.
  • Melatih perkembangan logika anak
  • Memotivasi gemar membaca dan cinta terhadap ilmu.
  • Membekali anak dengan kemampuan kognitif yang baik.
  • Menemukan titik keunggulan anak dan mengembangkannya sesuai potensi bakat dan minat yang dimiliki.
Allah subhanahu wa ta’ala memberi anugrah potensi yang berbeda pada tiap individu. Hal ini menyebabkan beragamnya keunikan dan keunggulan pada tiap manusia. Berikut akan sedikit dipaparkan bentuk-bentuk keunggulan multidimensi, agar memudahkan klasifikasi bakat keistimewaan yang dimiliki sang anak.
  • Keistimewaan dalam aspek ibadah
    Kemampuan istimewa melaksanakan aspek-aspek ibadah (memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam memahami ruh ibadah, melaksanakannya dengan pemahaman yang baik, dan merasakan segi positifnya).
  • Keistimewaan dalam aspek akhlaq
    Kemampuan yang istimewa untuk berlaku dengan akhlak yang baik dan mulia.
  • Kecerdasan antarpersonal
    Kecerdasan untuk mampu memahami dan menanggapi oranglain, baik dari segi suasana hati; temperamen; motivasi, dan hasrat orang lain.
  • Kecerdasan interpersonal
    Kecerdasan untuk mengelola perkembangan dirinya sendiri (kemampuan korelatif tetapi terarah ke dalam diri sendiri)
  • Kecerdasan olah tubuh/kinestetik
    Kecerdasan dalam penguasaan fisik dan gerak motorik.
  • Kecerdasan linguistik (bahasa dan sastra).
    Kecerdasan dalam berbahasa dan berkomunikasi secara verbal.
  • Kecerdasan logis matematis.
    Kecerdasan untuk memahami ilmu-ilmu rasional dan pasti.
  • Kecerdasan dalam apresiasi seni dan estetika.
    Kecerdasan untuk memiliki kepekaan khusus dalam mengembangkan sense estetika dan jiwa seni.
  • Kecerdasan visual spasial.
    Kecerdasan untuk peka terhadap ilmu bangun ruang dan warna.
  • Kecerdasan naturalis.
    Kecerdasan untuk memiliki kepekaan terhadap lingkungan alami (suasana alam dan bahan-bahan alami)
7. Fisik dan kesehatan
  • Membiasakan melakukan senam badan yang ringan
  • Mengadakan permainan olahraga
  • Membekali anak dengan physic motoric life skill.
  • Mempraktekkan ruqyah syar’iyyah sebelum tidur dan ketika sakit.
  • Memperhatikan gizi makanan dan kesehatan anak.
***
Artikel Muslimah.or.id
Penulis: Fatihdaya Khoirani
Murajaah: Ust Abu Rumaysho Muhammad Abduh
Rujukan:
  1. Goleman, Daniel. 2000. Emotional Intelligence. Cetakan ke-10. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
  2. Ats Tsuwaini, Dr. Muhammad Fahd. 2007. Mengantar Orangtua ke Surga. Cetakan Pertama. Daar An Naba’. Surakarta.
  3. Ahmad Sulaiman, Abu Amr. 2006. Pendidikan Anak Muslim Usia Prasekolah. Cetakan ke-7. Daarul Haaq. Jakarta.
  4. Istadi, Irawati. 2007. 30 Cara Kreatif Belajar Asyik Gembira. Cetakan Pertama. Pustaka Inti. Bekasi.
  5. Al Asymuni, Ummi Mahmud. 2006. Etika Menjadi Ibu Guru. Cetakan Pertama. Pustaka Elba. Surabaya.
  6. Abdul Mu’thi, Abdulloh Muhammad. 2008. Be A Genius Teacher. Cetakan Pertama. Pustaka Elba. Surabaya.
[muslimah.or.id]

0 komentar to Menjadi Pendidik Idaman (Bagian 2)

Posting Komentar