Apa Sesudah Ramadhan?

Posted by Lembaga Muslimah DPC Wahdah Islamiyah Bandung On Senin, 13 September 2010 0 komentar
Kita telah berpisah dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Berpisah dengan siangnya yang begitu indah dan malamnya yang begitu harum semerbak. Kita berpisah dengan bulan Qur’an, bulan ketakwaan, kesabaran, Jihad, magfirah dan bulan pembebasan dari api neraka. Maka faedah apa yang sudah kita raih dari sekian banyak buah-buah Ramadhan yang begitu agung dan naungan-Nya yang begitu luas?

Apakah dalam jiwa kita telah terwujud ketakwaan sehingga kita keluar dari madrasah Ramadhan dengan predikat orang-orang yang bertaqwa? Dan apakah kita senantiasa sabar dalam ketaatan dan menjauhi ma’siat? Apakah kita telah mentarbiyah (mendidik) jiwa kita untuk melakukan berbagai bentuk jihad? Apakah kita telah berjihad melawan hawa nafsu dan mampu mengalahkannya ? Ataukah kita berhasil dikalahkan oleh kebiasaan-kebiasaan dan prilaku-prilaku buruk? Apakah kita telah berusaha sekuat tenaga untuk meraih rahmat, Magfirah-Nya dan pembebasan-Nya dari api neraka? Apakah….Apakah….Apakah…? Begitu banyak pertanyaan yang menyelimuti hati seorang muslim sejati yang senantiasa mengoreksi dirinya dan menjawabnya dengan jujur dan terus terang.
    
Ramadhan adalah madrasah imaniyah tempat persinggahan ruh untuk mempersiapkan bekal di sisa –sisa kehidupan kita di dunia. Maka kapan lagi seseorang akan mengambil bimbingan, pelajaran dan manfaat, untuk merubah kehidupannya jika ia tidak melakukannya pada bulan suci ini.
Bulan Ramadhan merupakan madrasah untuk mengadakan perubahan amalan, perilaku, kebiasaan dan akhlaq yang bertentangan dengan syariat Allah Azza Wa Jalla. Allah berfirman:


إِنَّ اللَّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ الرعد :92
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du : 92)

Saudaraku yang tercinta ….. Saudariku muslimah.
Jika anda termasuk orang-orang yang mampu meraih faedah-faedah Ramadhan dan anda mewujudkan ketakwaan pada diri anda, berpuasa dengan benar, mengerjakan qiamullail dengan khusyu’ dan bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu maka hal tersebut dapat kita syukuri serta kita memohon kepada Allah Azza Wa Jalla agar sikap tersebut konsisten sampai kembalinya ruh kehadirat-Nya.
 
Maka hati-hatilah dan jangan sekali-kali termasuk orang-orang yang dimaksud dalam surat An Nahl ayat 92, Allah  Azza Wa Jalla berfirman :

 وَلاَ تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا  النحل :92

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah di pintal”

Apakah anda telah melihat seorang wanita yang memintal benang untuk dibuat sebuah baju kemudian ketika ia senang melihat baju tersebut ia menguraikan kembali pintalan-pintalan tersebut tanpa sebab! Maka apa komentar orang-orang terhadap perbuatan tersebut ?
     
Seperti inilah halnya seseorang yang kembali ke jalan kemaksiatan, kefasikan, kesesatan, kegelapan dan melepaskan ketaatannya kepada Allah serta tidak lagi beramal sholeh setelah selesainya Ramadhan setelah ia merasakan nikmatnya letaatan dan ketakwaan, nikmatnya berdo’a kepada-Nya ia kembali pada pahitnya dan sengsaranya kemaksiatan dan kegelapan !!

Berkata Syekh Shalih Fauzan “Sesungguhnya kebanyakan dari manusia waktu-waktunya berlalu dengan sia-sia sesudah ied dengan begadang, tarian-tarian daerah, bermain yang melalaikan, sehingga mungkin saja mereka meninggalkan shalat-shalat pada waktunya atau shalat berjama’ah, seakan-akan mereka dengan perbuatan itu ingin menghapuskan pengaruh Ramadhan pada jiwa-jiwa mereka jika mempunyai pengaruh, lalu memperbarui kehidupannya bersama syaithan yang jarang bermuamalah dengannya pada bulan Ramadhan”

Maka alangkah nistanya sekelompok manusia yang mengenal Allah hanya di bulan Ramadhan. Imam Wuhabi bin Al Ward pernah melewati sekelompok manusia yang sedang asyik bermain pada hari ied, kemudian ia berkata kepada mereka :”Sungguh mengherankan kalian itu, kalau memang Allah telah menerima puasa kalian apakah semacam ini cara kalian bersyukur dan jika Allah tak menerima amalan puasa kalian apakah semacam ini cara kalian takut”

Saudara-saudaraku tercinta…
Ada  beberapa indikasi yang menunjukkan terjerumusnya manusia dalam hal tersebut diantaranya :

1. Orang-orang sudah tidak lagi memperhatikan shalat berjamaah yang bisa kita lihat pada hari pertama di hari raya dimana pada saat Ramadhan masjid dan mushalla selalu padat dengan para jama’ah shalat tarawih yang itu hukumnya sunnah tetapi setelah itu jama’ah mulai berkurang pada shalat lima waktu yang hukumnya wajib dan hal ini bisa menjadikan orang menjadi kafir jika meninggalkannya.

2. Menyebarnya kembali nyanyian, film-film, berhias dan menyingkap wajah (bagi wanita) dan bercampurnya pria dan wanita (bukan mahram) di tempat-tempat rekreasi serta pergi ke tempat-tempat hiburan pria dan wanita untuk pacaran dan lain-lain.

3. Melancong ke beberapa negara untuk kemaksiatan dimana orang-orang baik secara kolegial maupun individu berbondong-bondong mendatangi biro-biro perjalanan untuk memperoleh tiket ke luar negeri dengan tujuan negara-negara non Islam yang penuh dengan kekufuran, kemaksiatan, kerusakan moral dan lainnya

Ini merupakan salah satu tanda tidak diterimanya amal –naudzubillahi- karena hakekat seseorang berpuasa adalah ia bahagia di hari ‘Iedul fitri, bertahmid dan bersyukur kepada Allah atas kesempurnaan puasanya. Di waktu yang sama ia menangis karena khawatir Allah tidak menerima ibadah puasanya. Sebagaimana dulu para salafus shalih menangis selama 6 bulan setelah Ramadhan untuk memohon kepada Allah Azza Wa Jalla supaya ibadah puasanya diterima di sisi-Nya.

Diantara indikasi diterimanya amalan ibadah seorang hamba adalah keadaannya menjadi lebih baik dari sebelumnya dalam hal ketaatan dan ketundukannya terhadap syari’at-syari’at Islam. Allah berfirman :

 وَإِذْ تـَأَذَّنَ رَبـُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ َلأَزِيدَنــَّكُمْ    إبراهيم :7

“Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. Ibrahim :7)

Artinya bertambahnya kebaikan baik zhohir maupun batin yang berupa bertambahnya keimanan dan amal sholeh. Oleh karena itu seandainya seorang hamba memiliki kesungguhan dalam mensyukuri nikmat-nikmat Allah maka kebaikan dan ketaatannya terhadap syariat-syariat-Nya akan meningkat dan mampu menjauhi kemaksiatan. Sebagaimana telah di katakan oleh para salafusshaleh : ”Syukur adalah meninggalkan kemaksiatan”
   
Setiap seorang hamba harus senantiasa taat kepada Allah Azza Wa Jalla dan komitmen dengan syari’at-syari’at-Nya serta istiqomah dengan agama-Nya. Allah berfirman :

 وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ   الحجر :99

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (QS. Al Hijr:99)

Jangan bersikap seperti rubah yang beribadah kepada Allah Azza Wa JAlla sebulan kemudian bermaksiat di bulan yang lain atau beribadah kepada-Nya di suatu tempat tapi bermaksiat di tempat yang lain atau ! Namun hendaknya ia memahami bahwa Tuhan Pemilik Ramadhan adalah juga Tuhan Pemilik bulan-bulan lain dan Ia Pemilik semua waktu dan tempat, agar senantiasa berada di jalan-Nya yang lurus sampai ia kembali kehadirat-Nya dalam keadaan diridhai oleh-Nya. Allah Azza Wa Jalla berfirman :

  فَاسْتَقِيْمُوْا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ  فصلت : 6

“Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya”(QS. Fushshilat :6)

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :

 قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ

“Katakan aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah” (HR. Muslim)

Kalau seandainya puasa Ramadhan telah selesai masih ada puasa-puasa sunnah lainnya seperti puasa enam hari di bulan Syawwal, puasa hari Senin dan Kamis, puasa di tengah bulan (tanggal 13,14 dan 15 bulan hijriyah), puasa ‘Asyuro dan Arofah dan lainnya. Kalau qiyamur Ramadhan sudah berakhir maka masih ada qiyamullail yang disyariatkan dilakukan setiap malam.Dan seandainya shodaqoh dan zakat fitri di bulan Ramadhan sudah ditunaikan, masih ada zakat wajib lainnya.

Demikianlah hakekat amalan sholeh yang bisa dilakukan sepanjang masa. Untuk itulah bersungguh-sungguhlah wahai Saudaraku  seiman untuk senantiasa taat kepada Allah Azza Wa Jalla dan jauhilah kemalasan dan kelesuan dan jika anda enggan melaksanakan amalan-amalan sunnah maka jangan sekali-kali meninggalkan dan melalaikan kewajibanmu seperti shalat lima waktu yang harus dilakukan tepat pada waktunya dan dengan berjama’ah dan jangan sekali-kali terjerumus kepada kemaksiatan dengan berkata-kata, makan, minum, melihat dan mendengarkan hal-hal yang diharamkan.

Demi Allah beristiqamahlah dan qomitmenlah pada agama-Nya di sepanjang masa karena engkau tidak tahu kedatangan malaikat maut. Jangan sampai ia datang dan engkau dalam keadaan maksiat kepada Allah Azza Wa Jalla. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :

  يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبـــِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ 
“Ya Allah, Pembolak-balik hati, tetapkanlah hatiku pada agamamu”(HR. Ahmad)-Al Fikrah-
-Mustafa Ahmad-
Maraji’: Madza ba’da Ramadhan, Riyadh bin Abdurrahman Al Haqiil [wahdah.or.id]

0 komentar to Apa Sesudah Ramadhan?

Posting Komentar