Ramadhan, Jika Benar Anda Rindu

Posted by Lembaga Muslimah DPC Wahdah Islamiyah Bandung On Selasa, 27 Juli 2010 0 komentar
Apabila benar Anda rindu, Anda akan mencium bau Ramadhan dari jauh, seperti Ya'qub  mencium bau Yusuf  karena kerinduan yang menggelora pada puteranya itu. Sekiranya Anda mencium Ramadhan dan Anda kenakan 'pakaiannya', niscaya hati Anda akan kembali melihat. Layaknya pandangan Nabi Ya'qub, terbebas dari kebutaan karena mencium aroma baju Nabi Yusuf. 

Jika benar Anda rindu Ramadhan, Anda akan membuat persiapan menyambutnya. Allah berfirman:
"Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka. Maka Allah melemahkan keinginan mereka. Dan dikatakan kepada mereka, "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu." (QS. At-Taubah: 46).

Ibnul Qayyim—rahimahullah—berkata, "Berhati-hatilah terhadap dua perkara. Pertama: Kewajiban telah datang, tetapi kalian tidak siap untuk menjalankannya, sehingga kalian mendapat hukuman berupa kelemahan untuk memenuhinya dan kehinaan dengan tidak mendapatkan pahalanya…."

Allah berfirman, artinya:
"Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), maka katakanlah, "Kamu tidak boleh keluar bersamaku selamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu, duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang." (QS. At-Taubah: 83).

Mestinya, kita berhati-hati dari mengalami nasib seperti ini, yaitu menjadi orang yang tidak layak menjalankan perintah Allah yang penuh berkah. Seringnya kita mengikuti hawa nafsu, akan menyebabkan kita tertimpa hukuman, berupa tertutupnya hati dari hidayah.

Allah berfirman, artinya:
"Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Qur'an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat." (QS. Al An'am: 110).

Itulah arti penting persiapan menyambut kedatangan Ramadhan, sehingga kita tidak dihukum dengan ketidakberdayaan melakukan kebaikan dan kehinaan dengan tidak bisa menambah ketaatan.

Mari kita renungkan kembali ayat-ayat di atas. Allah tidak menyukai keberangkatan mereka lalu Allah lemahkan mereka. Karena tidak ada persiapan dari mereka dan niat pun tidak lurus.

Namun, bila seseorang bersiap untuk menunaikan suatu amal, dan ia bangkit menghadap Allah dengan kerelaan hati, maka Allah Mahamulia untuk menolak hamba yang datang menghadap-Nya. Sehingga dahulu, generasi salafush shaleh selalu mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan sebaik-baiknya.

Pada enam bulan sebelum Ramadhan, mereka berdoa agar sampai di bulan Ramadhan. Kemudian pada enam bulan setelah Ramadhan, mereka berdoa agar kembali bertemu Ramadhan. Sehingga sepanjang tahun, kehidupan mereka nuansanya adalah Ramadhan.

Antara Rajab, Sya'ban dan Ramadhan
Buatlah persiapan menyambut Ramadhan. Aisyah—radhiyallahu 'anha—berkata,

]لَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطٌّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبِانَ، كَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ كَلَّهُ[

"Saya sama sekali belum pernah melihat Rasulullah r berpuasa dalam satu bulan, sebanyak yang beliau lakukan di bulan Sya'ban. Di dalamnya, beliau berpuasa sebulan penuh." (HR. Muslim).
Menurut riwayat lain, "Beliau berpuasa di bulan Sya'ban kecuali sedikit hari."

Karenanya, bersiaplah dengan banyak berpuasa, agar jiwa terbiasa dengan puasa. Lakukan shalat malam di bulan Sya'ban.

Perbanyak membaca Al Qur'an. Perbanyaklah dzikir kepada Allah sebagai pengantar memasuki Ramadhan.

Sebagian ulama mengatakan bahwa Rajab adalah bulan persemaian. Sya'ban adalah bulan pengairan. Adapun Ramadhan, ia adalah bulan memetik buah. Agar buah dapat dipetik di bulan Ramadhan, harus ada benih yang disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun.

Perbarui Taubat
Persiapan lain untuk menyambut Ramadhan adalah taubat. Semoga Allah I mengaruniakan taubat nasuha kepada kita agar Ia ridha. Karena taubat wajib dilakukan seorang hamba setiap saat.

Allah berfirman, artinya:
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung." (QS. An-Nur: 31).

Agungkan Perintah dan Larangan Allah
Kita harus memiliki rasa kuatir yang besar, jika kita tetap tidak terbebas dari api neraka meski telah melewati Ramadhan. Bagaimana nasib Bani Israil, tatkala mereka tidak menghormati perintah Allah untuk tidak mencari ikan di hari Sabtu? Allah mengubah mereka menjadi kera.

Allah berfirman, artinya,
"Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, kami katakan kepadanya, "Jadilah kamu kera yang hina." (QS. Al A'raf: 166).

Allah berfirman, artinya,
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al Baqarah: 183).

Ini adalah perintah, kewajiban sekaligus ritual yang agung. Barangsiapa mengagungkannya, dia adalah orang bertakwa. Allah berfirman, artinya,

"Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (QS. Al Hajj: 32).

Secara fitrah, hati manusia membenci kemaksiatan. Tetapi sebagaimana diketahui, fitrah bisa berubah-ubah. Karenanya, sebelum Ramadhan datang, kita harus berusaha mengembalikan fitrah ini ke dalam hati bila ia telah hilang, atau memperkuatnya bila telah melemah.

Dengannya, seseorang menjadi enggan bermaksiat kepada Allah, khususnya setelah merasakan kondisi keimanan di tengah ibadah puasa. Agar hati terlatih bersikap enggan terhadap maksiat sebelum Ramadhan datang.

Seseorang harus berbaur dengan nilai-nilai ruhiyah yang tinggi, agar hati mengingkari dan berhati-hati atas segala bentuk maksiat, baik lisan, penglihatan, perasaan, maupun anggota badan. Ia juga harus berbaur dengan perenungan Al Qur'an dan pemahaman zikir, mencoba merasakankelezatan munajat dan tunduk di hadapan Allah.

Kesiapan seseorang untuk menyambut Ramadhan ditandai dengan sikap enggan terhadap maksiat. Hal ini bisa dilakukan dengan memperbanyak puasa dan membaca Al Qur'an. Orang yang berakal tidak akan terbayang untuk melakukan maksiat ketika sibuk dengan ketaatan.

Latih Kepekaan Pancaindera
Biasakanlah pancaindera dengan ketaatan. Latih mata untuk melihat mushaf, hindarkan dari memandang yang haram. Latih telinga mendengar Al Qur'an, mendengar ilmu. Hindarkan dari mendengar  nyanyian-nyanyian haram, ucapan dusta, keji, dan jorok. Biasakan lidah memperbanyak zikir, beramar makruf dan nahi mungkar, berkata jujur dan menyampaikan nasihat kepada kaum Mukmin.

Manusia akan bertanggung jawab atas anggota badan dan inderanya ini pada hari kiamat.
Allah berfirman, artinya,
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al Isra': 36).

Karenanya, pancaindera harus dilatih sebagai bentuk persiapan, agar ia tunduk kepada Anda pada bulan Ramadhan. Anda pun akan mudah mengendalikannya.

Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang diharamkan mendapatkan berkah Ramadhan karena Ramadhan telah di depan mata, namun kita belum melakukan persiapan.
Wallahu

Disarikan dari "Asraarul Muhibbiin fii Ramadhan" karya Syekh Muhammad 
Sumber : (Al Fikrah/wahdah.or.id)

0 komentar to Ramadhan, Jika Benar Anda Rindu

Posting Komentar