Urgensi Tarbiyah Bagi Wanita Muslimah (1)

Posted by Lembaga Muslimah DPC Wahdah Islamiyah Bandung On Selasa, 30 Maret 2010 0 komentar
Muslimah merupakan komponen dalam keluarga dan masyarakat yang sangat menentukan  perannya dalam membentuk generasi dan menciptakan peradaban. Sejarah telah mencatat, sejak zaman nabi Adam, hingga nabi yang terakhir nabi kita Muhammad SAW, banyak kita dapatkan kisah betapa muslimah (wanita) di sekitar  para nabi sangat berperan di dalam membantu tugas dakwah para nabi. Sebagai contoh misalnya peran Siti Aisiah  istri Firaun, di tengah kehidupan jahil Firaun dan anak buahnya, Aisiah telah menunjukkan keteguhannya dalam memegang keimanan kepada Allah SWT, dan kepada Musa AS, walaupun harus menanggung ujian berat. Demikian juga peran ibu Musa ketika musa masih bayi, yang dengan ikhlas memenuhi perintah Allah untuk menghanyutkan bayinya. Juga peran kakak  Musa AS yang turut serta memantau kotak yang berisi bayi Musa yang dihanyutkan. Kita lihat juga bagaimana peran Siti Hajar ayah Ismail AS, dalam mendidik anaknya sehingga mampu menjadi hamba Allah yang sabar ketika menerima perintah  untuk disembelih. Lihatlah juga bagaimana pengorbanan dan perjuangan Khadijah RA dalam membela dakwah suaminya. Peran Asma binti Abu Bakar yang telah membantu kesuksesan dakwah Rasulullah SAW. Kepandaian Aisyah RA, sehingga mampu mendidik kaum wanita sepeninggal Rasul, dengan mengajarkan berbagai macam hadits.
Munculnya muslimah yang demikian besar perannya dalam kehidupan dan sejarah perjuangan  para nabi, tentu tidak secara instant dan tiba-tiba. Mereka semua menjadi muslimah yang tangguh dalam segala hal, adalah berkat adanya proses pembinaan yang berkelanjutan.
Maka jika kita semua, tanpa kecuali, baik laki-laki ataupun perempuan ingin mengulang sejarah, mengukir kembali pribadi-pribadi muslimah yang siap mendukung terciptanya peradaban Islam yang gemilang, mestilah memberikan dukungan yang penuh terhadap aktivitas tarbiyah muslimah. Pemahaman ini penting, sehingga akan ada kerja sama  yang selaras antara ikhwan dan akhwat dalam mensukseskan program tarbiyah muslimah.
Pembinaan merupakan sesuatu yang niscaya, karena fitrah manusia yang senantiasa membutuhkan nasihat dan perhatian. Kenapa demikian?
Karena manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT di mana salah satunya memiliki sifat lupa. Dengan demikian, manusia, termasuk di dalamnya muslimah butuh untuk selalu diingatkan dan diarahkan (Fa dzakir fainna dzikra tanfaaul mu’minin).
Karena tabiat manusia yang membutuhkan hidup berkelompok. Pembinaan dalam beberapa hal melatih bagaimana muslimah dapat hidup berkelompok dengan berbagai tanggung jawabnya.
Karena manusia memiliki tabiat lemah dan bodoh. Dengan kesadaran ini, maka muslimah akan terpacu untuk senantiasa menambah ilmu dan wawasan sehingga akan dapat mengarungi kehidupannya dengan  ilmu dan pemahaman
Dari uraian di atas, kita  dapat memahami bahwa beberapa urgensi tarbiyah bagi Muslimah adalah sebagai berikut:
  1. Dengan tarbiyah muslimah dapat  menambah ilmu dan wawasan
  2. Dengan tarbiyah muslimah dapat mendukung suami dalam dakwah
  3. Dengan tarbiyah muslimah dapat sukses dalam mendidik anak
  4. Dengan tarbiyah  muslimah dapat  eksis di tengah masyarakat untuk bekerja sama dalam memberdayakan lingkungan yang islami.
1. Tarbiyah  merupakan sarana untuk menambah ilmu dan wawasan.
Ilmu akan menjadi cahaya dalam melangkah. Ilmu akan memandu setiap langkah muslimah. Dengan  ilmu juga seseorang akan menjadi takut kepada Allah. Ilmu juga akan mengangkat derajat seseorang di sisi Allah dan di sisi manusia.
Al-Qur’an surat al mujaadilah ayat 11:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujaadilah: 11)
Jika para muslimah memiliki ilmu dan wawasan yang luas, mereka akan mampu memberikan pengajaran dan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, mengetahui jalan-jalan kebaikan, yang dengannya dia akan banyak kesempatan/peluang untuk beramal, mampu mengajarkan  kebaikan kepada masyarakatnya. Dan  seorang muslimah yang memiliki banyak ilmu dan wawasan tidak akan ditipu dan dibohongi oleh pihak-pihak yang ingin menjerumuskannya dari kalangan musuh-musuh Allah.
Dengan tarbiyah yang dilakukan secara rutin setiap pekan dalam halaqah, peluang-peluang untuk mendapatkan tambahan ilmu akan semakin besar, karena selain mendapatkan ilmu-ilmu secara langsung dari murabbinya, di dalam halaqah  juga seorang muslimah akan dimotivasi untuk memperbanyak kegiatan menggali ilmu di luar halaqah, misalnya dengan  aktivitas membaca. Para shahabiyah terbiasa menanyakan hal-hal yang belum diketahui kepada Rasulullah dan para istri-istrinya, karena semangat  mencari ilmu yang tinggi.  Aisyah RA termasuk salah seorang shahabiyah sekaligus istri nabi yang  memiliki ilmu dan wawasan yang sangat luas, terbukti dengan meriwayatkan banyak hadits, yang jumlahnya lebih dari 200.
Muslimah yang memiliki ilmu  pada gilirannya juga akan meningkatkan keimanan. Karena iman harus didahului dengan ilmu. Perhatikan firman Allah: Fa’lam annahu Laa ilaaha illaLLAH. Kata fa’lam tersirat makna agar kita punya ilmu, sehingga kita bisa mengimani  Allah.
Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa iman seseorang kadang naik dan kadang berkurang (Al Iimanu yaziidu wayankusu). Dalam kehidupan seorang muslimah, manakala dia mengalami penurunan iman, maka akan berdampak buruk bagi orang-orang di sekelilingnya, baik suami, orang tua, maupun anak-anaknya. Dampak buruk itu misalnya dapat berupa menjadi sasaran pelampiasan kemarahan. Jika hal ini berlangsung terus menerus, tidak mustahil akan berakibat pada penurunan produktivitas dari suatu keluarga. Kita bisa membayangkan seorang suami yang menjadi sasaran kemarahan istri, pasti tidak dapat bekerja secara konsentrasi dan optimal. Demikian juga anak-anak di sekolah tidak dapat belajar dengan konsentrasi dan baik, manakala selalu dimarahi oleh ibunya. Seseorang yang marah, pada hakikatnya  dia sedang membuang-buang energi, yang berarti melakukan kesia-siaan.
Selain menjadi mudah marah, seorang muslimah yang mengalami penurunan iman juga akan menjadi malas dalam melakukan aktivitas ibadah. Kemalasan dalam beribadah ini pada akhirnya juga akan menurunkan kembali keimanan, sehingga menjadi lingkaran tak berujung. Bisa kita bayangkan jika muslimah tidak mendapatkan siraman dalam tarbiyah yang akan menghidupkan dan menyegarkan  kembali keimanannya. Ibarat tanaman yang menjadi segar kembali setelah layu karena tidak disiram. Kemalasan dalam melakukan ibadah juga akan menjadi satu hal yang pada gilirannya akan di contoh oleh anak-anak. Akhirnya akan lahirlah generasi yang pemalas.
Rasulullah saw mengajarkan kita  untuk berdoa agar terhindar dari sifat malas:
Allahumma inna na’udzubika minal hammi wal hazan wana’udzubika minal ajzi wal kasal, wanau’dzubika minal jubni  wal buhl, wanau’dzubika min ghalabatidaeni waqohri rijal.
Artinya: “Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sempit dalam dada dan rasa gelisah. Aku pun berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan kikir. Aku berlindung kepada-Mu dari belenggu utang dan tekanan manusia:
Penurunan keimanan pada gilirannya juga akan melemahkan motivasi dalam banyak  hal. Orang yang lemah motivasinya akan kehilangan semangat dalam menggapai sesuatu yang lebih baik di masa depan. Padahal Rasulullah saw menyampaikan kepada kita bahwa:
“Orang yang keadaannya hari ini lebih buruk dari hari kemarin, adalah orang yang celaka, sementara orang yang keadaannya hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia adalah orang yang rugi. Dan orang yang beruntung adalah orang yang keadaan hari ini lebih baik dari hari kemarin.”
Dengan keimanan yang terus meningkat, seorang muslimah akan lebih produktif di dalam beramal, baik dalam lapangan kehidupan keluarga maupun kehidupan masyarakat. Dengan demikian tidak dapat di bantah lagi bahwa semua pihak harus mendukung untuk terlaksananya  tarbiyah bagi  muslimah.
Selain hal-hal tersebut di atas, dengan aktivitas tarbiyah, yang  juga terkandung makna aktivitas thalabul ilmi, seseorang akan dimudahkan  jalan masuk ke surga.
“Barangsiapa yang berjalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan jalan baginya untuk masuk surga”
– Bersambung
(hdn/dakwatuna)

0 komentar to Urgensi Tarbiyah Bagi Wanita Muslimah (1)

Posting Komentar