Di sebuah pelosok sebuah kota di wilayah jawa tengah, tinggal sebuah keluarga mapan (kalau tidak mau disebut kaya raya), kepala keluarganya merupakan seorang direktur sebuah bank besar di negeri ini (sebut saja namanya Bapak A). Setiap tahun, beliau memiliki kebiasaan, hobi tepatnya, untuk memberangkatkan minimal 2 orang untuk pergi ke tanah suci demi menunaikan ibadah haji. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ia mencari sendiri orang2 yang akan ia berangkatkan.
Sampai pada suatu saat, musim haji hampir sampai, namun ia belum juga menemukan orang yang akan ia berangkatkan.
Suatu malam, ia berjalan-jalan, sengaja tidak membawa kendaraan pribadi, tidak banyak angkutan umum yang dapat ia tumpangi, sampai di suatu sudut jalan, ia menemukan sebuah becak dengan pengendaranya yang sudah tua.
Ia lagsung meminta tukang becak itu untuk membawanya.
“Bang, jalan yah…” katanya.
“Kemana pak?” jawab si tukang becak.
“Kemana aja deh, pokoknya jalan..” kata Bapak A lagi.
Dengan raut muka yang bingung, si tukang becak langsung mengayuh pedal becaknya dan membawa penumpangnya berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya.
Tidak terasa hampir satu jam mereka berkeliling. Jam pun hampir menunjukkan pukul 4 pagi, suara zikir bersahut2an di penghujung malam yang syahdu. Tiba2 becak tersebut berhenti, lalu ia menghampiri penumpangnya.
Bapak A pun bingung, dengan apa yang terjadi, "ada apa pak?" tanyanya.
Lalu tukang becak tersebut berkata, “maaf pak, bapak mau ya pindah ke temen saya, saya biasanya jam segini ke masjid untuk sholat dan zikir sampe subuh”.
“Subhanallah” sambut Bapak A dalam hati. Namun ia masih ingin berjalan2 mengelilingi wilayah tersebut sampai menemukan orang yang dicarinya.
Tukang becak tersebut tetap bersikukuh untuk pergi ke masjid dan menyuruh sang bapak untuk mau pindah ke becak temannya…Maka tawar menawar antara bapak A dengan tukang becak tersebut pun terjadi.
TB (Tukang Becak): “Ayolah pak, saya biasa pergi ke masjid, dan zikir sampe subuh, bapak mau ya pindah ke becak temen saya itu? Ga usah bayar ke saya pak, ke temen saya aja.”
BA (Bapak A): “Nggak ah, saya akan bayar berapapun, tapi saya cuma mau naik becak bapak”
BA: “Saya akan bayar bapak 100 ribu deh kalo bapak mau nganter saya.”
TB: “Maaf pak, saya bener2 ga bisa, berapapun bapak membayar saya”
BA: “Kalo gitu, saya akan bayar kamu 500 ribu. Lagian kenapa sih, saya juga kan seorang muslim, saya juga sholat, nanti juga bisa sholat subuh koq.”
TB: “Sekali lagi maaf, uang segitu tidak bisa membeli kenikmatan beribadah saya di setiap penghujung malam, dengan mengharap yang terbaik dari Allah”
Bapak A semakin takjub dan penasaran dengan keteguhan si tukang becak ini, karena itu, ia mencoba untuk mengetesnya lagi
BA: “Oke, bagai mana kalau sejuta? Nanti ketika azan subuh, kita mampir ke masjid untuk sholat subuh berjama’ah.”
TB: “Maaf pak, sudah saya katakan, bapak tidak bisa membeli waktu berharga ini dengan uang bapak”
Sambil mengeluarkan cek kosong, Bapak A kembali "menggoda" kekuatan iman si tukang becak tersebut.
BA: “Gini aja, bapak bisa tulis berapapun nilai yang bapak inginkan, tapi bawa saya berkeliling...sedikiiiit lagi”
Namun tanpa ba bi bu…si tukang becak langsung meninggalkan bapak tersebut dengan becaknya, dan menuju ke masjid terdekat.
Dalam hati, Bapak A mengucapkan syukur serta mengatakan dalam hati,”benarkah ia orang yang ditunjuk Allah untuk diberangkatkan ke tanah suci? Sungguh mulia orang itu...”
Setelah menunaikan sholat subuh, Bapak A, menunggu tukang becak tersebut di depan masjid, ia melihat tukang becak tersebut masih khusyu’ dengan do’a2 dan dzikirnya. Selang beberapa saat, tukang becak itupun keluar, tidak menyangka bahwa bapak yang dibawanya malam tadi masih ada di depan masjid.
Serta merta, bapak tersebut memeluk erat si tukang becak seraya mengatakan: “dari tiap penawaran yang saya tawarkan untuk bapak malam tadi, tidak ada satupun yang bapak penuhi, karena itu saya minta tolong pada bapak, dan saya mohon agar bapak berkenan menolong saya.”
Masih merasa kaget, tukang becak itupun menjawab, “i..iya pak…apa yang bisa saya bantu?”
“Saya mohon, agar bapak bersedia menolong saya…untuk berangkat NAIK HAJI tahun ini, dan saya mohon agar bapak mau menerimanya” sahut bapak A kembali.
Terdiam sejenak, tukang becak itupun menjawab,”maaf pak, bukannya saya menolak atau tidak ingin menolong bapak, tapi saya tidak ingin meninggalkan istri saya, bertahun-tahun kami shalat malam dan berdo’a bersama agar kami berdua dapat berangkat ke tanah suci bersama, jadi kalau bapak hanya memberangkatkan saya, bagaimana dengan istri saya? Maaf pak, saya tidak bisa.”
Merasa takjub dengan kesetiaan tukang becak tersebut kepada istrinya, dan terpikir bahwa ia baru menemukan seorang yang akan diberangkatkan haji, sambil berucap dalam hati, mungkin inilah orang kedua yang Allah tunjukkan padanya, maka ia minta untuk diantarkan ke rumah tukang becak tersebut untuk bertemu dengan istrinya.
Sampai di rumah tukang becak tersebut, dengan kondisi rumah yang sangat sederhana, tidak ada tandingannya dengan rumah yang ia tinggali, namun ia menemukan cahaya kesejukan yang terpancar dari rumah tersebut. Si tukang becak memanggil istrinya dengan lembut, sang istripun menghampirinya dengan mukena yang masih terpasang dan sajadah yang masih tergelar.
Dan bapak itu menceritakan semua yang terjadi kepada istri si tukang becak.
“…..oleh karena itu, saya meminta agar ibu juga tidak menolak permintaan saya, untuk menemani bapak naik haji tahun ini…”
Jantung mereka berdebar, air mata tertumpah dan merekapun sujud syukur…atas segala rahmat, nikmat dan karunia yang mereka dapatkan.
_____________________________________
Labbaik Allohumma Labbaik, Labbaika La Syariika Laka Labbaik, Innal Hamda Wal Ni’mata Laka Wal Mulk, La Syariika Lak….(rindunya mengucap talbiyah ini di rumah-Nya)
Ketika panggilan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan senantiasa merindukan untuk bisa berkunjung ke rumah-Nya, maka semuanya menjadi MUNGKIN..insya Allah…
(diambil dari kisah nyata yang langsung diceritakan oleh sumbernya)
0 komentar to Sebuah Kisah Menakjubkan [Kisah Nyata]